Can I Become Someone Special For You? [chap. IV]

Judul: Can I Become Someone Special For You?

Penulis: LalaLuca-Leyka

Genre: Continue, Romance, Friendship, Fanfiction

Main Cast:

  • Yeon Chaemin
  • Cho Kyuhyun
  • Kwon Jiyong

Disclaimer: Semua tokoh yang ada di ff ini, milik Tuhan dan keluarga mereka masing-masing. saya hanya meminjam nama dan karakter mereka untuk dijadikan cerita. Tapi ff ini murni milik saya. Jadi harap maklum kalau ada yang aneh atau kurang. Gomawo~

*****

Chaemin point of view:

Hari ini aku harus bekerja keras saat latihan drama ini karena besok aku tak bisa ikut yang berarti aku akan kehilangan satu hari berlatih karena besok aku dan Kyuhyun oppa, ya Kyuhyun oppa, akan bertunangan. Aku belum bisa menceritakan hal ini pada temanku yang lain. Apalagi Jiyong oppa.

“Kita latihan untuk adegan yang berikutnya!” suara Jiyong oppa membuyarkan pikiranku. Sekarang yang kupikirkan hanyalah fokus dengan scene selanjutnya.

Aku membuka kembali script yang kubawa dan kulihat apakah aku muncul di scene itu atau tidak. “Sepertinya, aku tak muncul di scene ini… ini cuma scene Jiyong oppa, dan sunbaedeul.”

Baru saja aku mau duduk di barisan penonton dan mengamati sunbae-ku berlatih, kudengar suara Hyekyo memanggilku. Aku menoleh dan mendapati bahwa ia sudah memandangiku dari arah pintu gedung theater. Ia melambaikan tangannya dan menyuruhku untuk ke sana.

“Ada apa?” tanyaku tanpa basa-basi.

Dia berbalik dan mengambil tas berwarna merah jambu yang selalu ia bawa itu. Untuk beberapa saat ia terlihat mencari sesuatu dari dalam tasnya. Setelah menemukannya ia pun berbalik dan menyodorkannya padaku. “Ini milikmu bukan?” tanyanya kemudian.

Aku menatap kedua bola mata Hyekyo untuk sesaat, kemudian pandanganku beralih pada benda yang ia bawa. Itu syal. Lebih tepatnya lagi syal abu-abu milikku. Ragu-ragu aku mengambil syal itu dari Hyekyo. Memang seingatku tadi pagi tanpa sengaja aku meninggalkannya di mobil milik Kyuhyun oppa… tapi kenapa sekarang ada pada Hyekyo?

“Tadi pagi, saat aku sedang berjalan menuju ke gedung theater aku bertemu dengan… siapa lagi namanya…”

“Cho Kyuhyun…” ucapku lirih tanpa sadar. Seolah-olah bicara pada diriku sendiri.

“Ya, yang kau bilang oppa yang sudah kau kenal sejak kau masih kecil. Tadi kulihat dia berjalan dari arah gedung theater, jadi kupikir dia sudah menyelesaikan urusannya denganmu. Tapi, saat aku melihat raut wajahnya… sepertinya ada yang tak beres.”

Aku tertegun mendengar penjelasan dari Hyekyo. Kenapa juga Kyuhyun oppa kesini? Kalaupun ia sudah sampai ia harusnya segera masuk dan memanggilku. Dan juga, memang raut wajah apa lagi yang ia buat?

“Raut wajahnya labih suram daripada biasanya kalau aku bilang. Jadi aku bertanya kepadanya, ada apa. Dia hanya tersenyum dan diam saja. Kemudian saat aku akan melanjutkan langkahku menuju ke gedung theater, ia memanggilku.”

Dia selalu tersenyum pada orang lain dan jarang padaku. Benar-benar menyebalkan. Tapi yang kubingungkan kenapa Kyuhyun oppa hanya diam saja. Pertanyaan dalam pikiranku semakin banyak saat aku mendengarkan penjelasan Hyekyo yang terakhir tadi. Kenapa ia memanggil Hyekyo?

“Kalau soal tersenyum dan terdiam aku tak bisa membalas. Tapi, ia memanggilku dan menyerahkan syal itu padaku. Ia bilang untuk menyerahkannya padamu dan menitipkan pesan bahwa apabila nanti latihan dramanya sudah selesai, ia harap kau meneleponnya.”

“Ooh… begitu. Eh? Tunggu sebentar. Kau bilang tadi soal senyum dan diam kau tak bisa menjawabnya? Apa dari tadi aku berkata sesuatu padamu Kyo-ah?”

“Kau ini bodoh atau bagaimana? Dari tadi kau itu terus bertanya, walau dengan suara pelan sih. Lebih mirip gumaman dan bisikan untukmu sendiri daripada bertanya padaku,” jelas Hyekyo panjang lebar. Kemudian Hyekyo pun segera mengambil script yang tadi ia taruh di dekat tas merah jambunya dan pergi meninggalkanku. “Ini hanya dugaanku sih. Tapi sepertinya ada sesuatu diantara kalian berdua yang tidak kami ketahui. Dan itu lebih dari hanya sekedar teman, walau aku tak yakin… tapi responmu saat mendengarku bercerita tadi dan juga sikap Kyuhyun-ssi tadi pagi sedikit membuatku curiga. Tapi… itu urusan kalian lah. Aku takkan ikut campur.” Hyekyo berhenti berbicara sebentar, sesaat setelahnya ia menambahkan “Nah… aku akan berlatih bagianku di scene ini. Bagianmu masih nanti bukan? Bersantailah dulu…”

Aku terkejut dan segera menoleh ke arah Hyekyo dengan tatapan tak percaya. Ada hubungan lain antara kami berdua? Sepertinya Hyekyo memang terlalu pintar dan waswas dalam hal-hal seperti ini. Bisa jadi yang lainnya akan menghajarku dengan pertanyaan mereka yang tak pernah habis, kalau sampai ketahuan nanti. Aku pun hanya diam, memakai syal abu-abuku, dan dengan tenang aku berjalan keluar gedung theater. Aku mengambil ponsel yang kutaruh di dalam saku celanaku dan menekan nomor 3. “Kyuhyun oppa?”

*****

Jiyong point of view:

Saat mendengar suara pintu gedung yang dibuka, entah mengapa aku refleks menoleh ke arah suara itu dan kudapati sosok Chaemin yang berjalan keluar dari gedung ini. Mataku tak bisa lepas darinya. Ia sedang mengeluarkan ponselnya, setelah menekan satu tombol dan menempelkan ponselnya ke telinga sosok Chaemin mulai menjauh dari gedung theater dan berjalan menuju ke taman yang tak jauh dari gedung ini.

Walaupun aku sudah tak bisa melihat lagi sosok Chaemin tapi pandanganku tak berpindah dari pintu. Berharap Chaemin segera kembali masuk ke dalam gedung ini, hingga aku bisa bersikap normal dan bersikap seperti biasanya lagi.

Karena terlalu sibuk mengamati pintu depan, aku bahkan tak sadar bahwa sekarang semua orang yang ada di panggung sedang menatapku tajam. Aku menoleh dan membalas tatapan mereka dengan tatapan heran. “Wae geurae?”

“Humm… aku pikir lebih baik kau ambilkan obatnya dulu di taman kampus terdekat dari sini. Dia bisa makin gila kalau kekurangan itu.” Kulihat Seunghyun langsung menyuruh Sungmin juga Hyukjae untuk keluar dan memanggil seseorang. Dan sepertinya aku tahu maksudnya.

“Diamlah kau ini. Lanjutkan saja latihannya… kalian berdua kembali ke sini.”

“Ya! Dimana-mana kalau orang sedang latihan itu, yang melatih apalagi juga jadi peran utamanya harus fokus pada yang dijalaninya. Bukan hanya badannya termasuk juga jiwa dan pikiran,” Seunghyun menoleh ke arahku lagi sambil menunjuk ke keningku. “Kalau badanmu disini tapi jiwa dan pikiranmu terlalu fokus dengan apa yang ada diluar, bagaimana kami bisa latihan… dasar!”

Aku menoleh dan menatapnya sebentar. Mencoba menghilangkan sedikit kegugupan yang kupunya. Aku berdeham, “Kalau begitu… maafkan aku, sekarang kembali berlatih scene yang-”

“Cukup! Tak usah berlatih dahulu! Kita istirahat sebentar,” ucapanku terpotong oleh perkataan Donghae. Ia membolak-balikkan kertas script yang ia pegang itu dan membuka scene yang akan kami lakukan.

Aku mengalihkan pandanganku dari Seunghyun menjadi Donghae. Ia yang sadar akan tatapanku yang terlalu tajam pun berkata, “Jangan pikir macam-macam… di scene yang akan kita lakukan nanti ada peran milik Chaemin. Dan kalau aku melihat sikapnya yang buru-buru itu, sepertinya ia takkan kembali kesini untuk beberapa saat. Jadi, lebih baik kita istirahat dulu.”

Aku mengangguk perlahan, saat semua orang sudah mulai duduk dan mengambil air minum maupun makanan yang mereka bawa, aku hanya diam dan masih saja memperhatikan sekeliling. Baru sesaat aku mengambil botol air mineral yang isinya tinggal sepertiga itu dan meneguknya, Donghae menghampiriku. Dengan suara yang cukup pelan ia berbisik tepat di sampingku. “Aku tahu kau kepikiran dia dari tadi bukan? Bukannya ini saat yang baik untukmu bertanya padanya dengan alasan melanjutkan latihan untuk drama yang tinggal sebentar lagi ini?”

Refleks, aku langsung menoleh ke arah Donghae yang sudah berjalan menjauhiku. Ia tampak santai dan masih seperti biasanya, tapi entah kenapa dibalik hal-hal yang sudah diucapkan Donghae tadi ada sedikit makna lainnya yang cukup aku tak mengerti.

Aku pun kembali menoleh ke arah pintu gedung theater, menunggu kedatangan Chaemin sambil kembali menghafalkan bagianku. Aku melihat jam tangan hitam yang melingkar di tanganku, sudah hampir sepuluh menit sejak Chaemin keluar, tetapi ia tak segera kembali juga. Akhirnya, kuputuskan untuk keluar menghampirinya dan berkata padanya untuk segera masuk ke dalam dan mengikuti latihan.

*****

Dari jarak yang lumayan jauh, aku bisa melihat Chaemin yang sedang memegang ponselnya dengan sedikit ekspresi jengkel terpampang di wajahnya. Semakin dekat, samar-samar aku bisa mendengar percakapan yang  terjadi dengan orang yang ia telepon. Walau aku tak tahu apa saja yang mungkin ia katakan pada orang di seberang telepon, tapi dari nada suaranya ia sedang mencoba untuk menenangkan diri.

“Ya! Yeon Chaemin!” panggilku. Merasa namanya dipanggil, Chaemin pun terdiam dan berbalik. “Cepat kembali ke gedung theater, kali ini kami akan berlatih adegan yang ada peraanmu di dalamnya.”

“Ah… ne oppa, tunggu sebentar ya…” Chaemin pun kembali mengalihkan pandangannya dariku dan mulai berbicara lagi di telepon dengan nada yang sama seperti sebelumnya. “Sudah kubilang tak usah khawatir, bilang pada appa dan eomma aku bisa pulang sendiri, dan kau tak usah kemari oppa. Sekarang aku akan kembali lagi ke gedung theater dan berlatih, aku sudah ditunggu banyak orang…, tak usah protes…, kututup ya oppa.”

Buru-buru Chaemin menutup ponsel yang ia bawa dan memasukkannya kembali ke dalam saku seragamnya. Ia pun menoleh dan tersenyum lebar ke arahku seraya berkata, “Sekarang ayo kembali oppa…”

“Apa tadi itu kau menelepon Kyuhyun-ssi?” tanyaku tanpa sadar. Aku segera menutup mulutku sesaat setelah berkata seperti itu. Semoga saja Chaemin tidak mendengar.

“Eum… iya, tadi itu memang Kyuhyun oppa. Lagipula sudahlah, tak usah pikirkan hal itu. Lebih baik kita berdua segera kembali ke gedung theater dan berlatih. Bukankah pertunjukan tinggal beberapa hari lagi?” Chaemin berjalan melewatiku. Ia terus berjalan sampai beberapa langkah setelahnya ia terhenti dan menoleh, “Aku sudah berkata padamu bahwa aku tak bisa ikut acara apapun seharian besok pagi. Makanya aku setuju untuk berlatih sepanjang hari, walau hanya untuk sehari ini saja.”

Aku tertegun dan mengingat-ingat mengenai hal itu. Beberapa saat kemudian, aku pun tersenyum dan mengangguk perlahan.

*****

Author point of view:

Latihan pun dilanjutkan kembali. Kali ini Chaemin harus benar-benar berjuang keras melakukan bagiannya di bagian klimaks dimana ia harus bernyanyi dan juga melakukan berbagai mimik wajah yang berbeda untuk mewakili setiap makna lirik lagu yang ia bawakan. Selain itu, ia juga harus menyamakan langkah tarian dan timingnya dengan Jiyong.

Sesaat sebelum latihan, Chaemin terus melatih teknik suaranya dengan Kwon Boa, sunbaenya dari klub opera. Selama itu pula, ia juga diukur ukuran tubuhnya untuk dibuatkan kostum untuk peran yang ia lakukan itu oleh Kang Yoonhee, sunbaenya pula dari klub desaigner juga klub merangkai bunga.

Ditengah-tengah latihannya dengan Boa, Yoonhee menghentikan aktivitasnya mengukur kemudian ia langsung memandangi Chaemin dari atas kepala hingga ujung kaki. “Aku bingung…” ucapnya kemudian.

Seketika itu pula, Boa dan Chaemin menoleh. Melihat Yoonhee yang terus memperhatikan Chaemin secara detail, tanpa sadar mereka berdua juga melakukan hal yang sama. “Bingung kenapa memangnya?”

“Aku bingung satu hal, kalau aku harus memberikan ornamen dan aksesoris pada kostum Chaemin… maka aku harus membentuknya bagaimana? Aku tak menemukan ide yang cocok dengan perannya…” kening Yoonhee berkerut. Ia terus memikirkan apa yang mungkin bisa menampilkan perasaan dari peran yang dimainkan oleh Chaemin.

“Sudahlah sunbae, jangan dipikirkan hal itu. Nanti pasti kau akan segera mendapatkan inspirasi. Bicara soal kostum, memangnya kau sudah menyiapkan desain kostumnya? Kok aku belum melihatnya…”

“Sudah kubuat dari awal tadi aku melihatmu berlatih, tapi aku baru bisa mengukur tubuhmu sekarang karena hal satu tadi benar-benar menggangguku jadi…”

Chaemin pun segera berbalik menghadap Jangmi dan dengan mata berbinar-binar ia pun berkata, “Benarkah? Bisa aku melihatnya?”

“Setelah aku tahu peranmu menjadi peri hutan, aku sempat bingung memikirkan harus kugunakan warna apa untuk gaunmu. Akhirnya aku memilih warna hijau, mungkin sedikit ke arah biru atau yah… seperti itu, tapi setelah aku membaca scriptnya lagi. Aku pikir aku akan mengubahnya. Dan paling penting dari segala hal yang kau pakai itu, apakah cocok dengan klimaks cerita atau tidak… maka aku memutuskan untuk menggambar lagi setelah aku melihatmu berlatih nanti.”

“Eh? Lalu kenapa kau mengukur ukuran badan Chaemin sekarang? Bukannya kalau kau mengganti desain itu berarti ada beberapa hal yang mungkin berubah?” tanya Boa kemudian.

“Mungkin memang ada, tapi yang penting dasar-dasar ukuran badan Chaemin aku sudah ada. Kan jadinya lebih mudah untuk menyesuaikan skalanya kalau begini.”

Chaemin mengangguk-angguk kecil. Ia menoleh kembali ke arah panggung dan ia sadar ternyata ini sudah saatnya untuk ia berlatih. “Sunbae, aku harus berlatih sekaranng. Kalau Yoonhee sunbae memang ingin tahu klimaks cerita kami, lihat saja. Aku yakin kau akan mendapat inspirasi.”

*****

Yoonhee juga Boa duduk dan mengamati Chaemin berlatih dari tempat mereka bertiga duduk tadi. Tak begitu jauh dari panggung sebetulnya, tapi mereka tetap harus memasang pendengaran mereka untuk mengetahui apa yang tiap orang katakan pada adegan itu, karena tempat itu luas dan mereka tidak memakai mic seperti biasanya.

“Boa-ah… memang cerita klimaksnya akan dibuat bagaimana? Aku tak bisa begitu menangkapnya saat membaca script milik Chaemin tadi.”

Pandangan Boa dan Yoonhee terus tertuju pada Chaemin, Jiyong dan juga yang lainnya yang mulai melakukan latihan mereka. Dengan perlahan, Boa pun menjelaskan konsep dari klimaks drama yang mereka saksikan saat itu. “Jadi, di klimaks ini nanti Chaemin akan menghilang.”

Yoonhee langsung menoleh ke arah Boa dan menatapnya heran, “Maksudmu?”

“Di bagian ini, mereka akan bernyanyi dan menari. Isi tarian itu menceritakan kisah dimana Jiyong, yang berperan sebagai Vallen, menyatakan perasaannya pada Chaemin, berperan sebagai peri hutan. Tetapi, karena Chaemin adalah seorang peri, dia dan juga Jiyong tak mungkin bisa bersama.” Boa mendongak dan mengamati Chaemin dan juga Jiyong yang telah memeragakan adegan yang sedang ia ceritakan. “Tapi, karena Jiyong juga tak bisa pergi meninggalkan Chaemin dan Chaemin sendiri sangat mencintai Jiyong… akhirnya mereka berdua kabur.”

“Eh? Mereka berdua… kabur? Dari hutan tempat Chaemin seharusnya hidup?”

“Ya, mereka pergi meninggalkan hutan menuju ke kota yang belum pernah dikunjungi oleh orang-orang yang mereka kenal dan hidup menjadi rakyat biasa. Tapi, karena terlalu jauh dari hutan Chaemin tak bisa bertahan lebih lama lagi. Kekuatannya terserap habis apabila ia terus bersama Jiyong dan apabila perasaannya pada Jiyong terlalu kuat maka secara perlahan kekuatannya akan musnah. Itulah sebabnya perlahan-lahan sayap Chaemin menghilang, dan akhirnya ia sendirilah yang akan menghilang.”

Boa menghela napas sebentar lalu melanjutkan ceritanya, “Walau Chaemin berusaha untuk tidak memberitahukan hal ini pada Jiyong, tapi Jiyong tahu segalanya. Ia berusaha menyelamatkan Chaemin, tapi ia tak bisa. Perlahan-lahan tubuh Chaemin mulai menghilang saat melihat kekuatan Chaemin yang semakin berkurang, Jiyong berharap ia bisa menukarkan apapun yang menjadi miliknya untuk Chaemin.”

“Menukarkan apapun yang ia punya untuk… Chaemin?”

“Selena! Jangan pergi! Aku mohon, tetaplah bersamaku…” mendengar suara dari arah panggung, Yoonhee berbalik dan menoleh ke arah Jiyong yang sedang memeluk Chaemin dengan erat.

“Jangan berkata seperti itu… aku mohon padamu… jangan seperti itu.” Pemandangan yang ada di depannya sontak membuat Yoonhee tertegun, ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari kedua orang yang ada di depannya. “Bisa bersamamu saja… sudah membuatku bahagia, jadi aku mohon jangan katakan itu lagi Vallen.”

“Tapi… untuk apa aku ada di dunia ini kalau pergi. Bukankah kau sudah berjanji untuk bersamaku selamanya!”

“Dasar bodoh… aku memang akan bersamamu untuk selamanya bukan? Disini…” Chaemin merenggangkan pelukan antara ia dan Jiyong sambil menunjuk ke dada Jiyong. “Aku akan tetap bersamamu… selama kau mengingatku… aku akan ada bersamamu. Selalu.”

Yoonhee tak bisa mengalihkan pandangannya dari kedua orang itu. Dan adegan dimana Chaemin menghilang serta Jiyoung yang menangis meraung-raung, sudah cukup membuat ia yakin dengan kostum yang cocok untuk dipakai oleh Chaemin. Ia berbalik dan melangkah pergi, berencana mulai membuatkan kostum untuk Chaemin.

“Ya… Kang Yoonhee. Kau mau kemana?” Boa berbalik dan memandang Jangmi dengan heran.

“Aku akan segera membuat kostum untuk Chaemin, tolong sampaikan padanya… semua hal yang kubutuhkan sudah cukup. Ia bisa melihat desain kostumnya besok pagi.”

“Kostum? Chaemin? Ya! Memang kau sudah memikirkan ulang warna dan juga ornamen untuknya?” tanya Boa sekali lagi.

Kali ini Yoonhee menoleh dan tersenyum lebar. “Tentu saja! Berkat akting mereka berdua akhirnya aku mengerti…” senyuman dan ekspresi Yoonhee melembut, ia kembali menatap ke arah Jiyong dan Chaemin yang sedang mendengarkan pendapat teman-teman mereka “Akan kukorbankan semua yang kupunya hanya untuk bersamamu…kah?”

“Eh?” Boa masih terus menatap heran ke arah Yoonhee. Mencoba menebak apa yang sebenarnya ada di pikiran temannya satu ini.

“Kalau begitu, sampai jumpa besok pagi!” ucap Yoonhee seraya berjalan keluar dari gedung itu. Meninggalkan Boa yang terus menatapnya dengan tatapan heran, tak mengerti dengan jalan pikiran temannya yang satu itu.

*****

Yoonhee berjalan perlahan dari gedung theater menuju ke arah gerbang kampus. Tiba-tiba langkahnya terhenti, ia menghela napas sebentar kemudian ia langsung mendongakkan kepalanya menatap langit yang berwarna jingga kemerahan di atasnya. “Pandangan… dan ucapan Jiyong tadi… benar-benar berbeda dari dia biasanya. Ucapan itu… apa memang ditujukan pada Chae…min? Apakah aku harus mengalah… lagi?”

Senyum pahit terukir di wajah manis Yoonhee. Ia memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang meniup rambut cokelatnya yang lebat itu. “Tak apa… yang penting aku masih bisa mendukung mereka berdua. Yang terpenting… aku masih bisa mendukungnya. Itu lebih dari cukup untukku.”

to be continued…

4 comments on “Can I Become Someone Special For You? [chap. IV]

  1. YoonHee cemburu, Kyu cemburu…
    yaudahlah Jiyong, kmu sma YoonHee aja.. Kyu sama Chaemin :3

    nice ff! next thor!

  2. Yoonhee menyukai jiyoung…kapan ya chaemin n kyuhyun bnr2 jatuh cinta or saling mencintai. Makin seru aja, klo kyuhyun nonton drama tsb pas adegan klimaks…pasti cemburu abis. Lanjut dlu ah

Tinggalkan komentar